Curhat Suami Istri

Tulisan ke dua dari dua tulisan tentang keluarga muslim bahagia

Curhat Suami Istri
***
Selimuti Aku
(Sekilas tentang Curhat Pasangan)
ooOOoo
Entah siapa yang sering berbisik untuk tidak menyampaikan keluh-kesah kepada istri kita. Apakah atas nama harga diri sebagai lelaki yang harus kuat, atau justru perangkap setan yang sering membuat kita lebih nyaman curhat pada pihak ke tiga. Lawan jenis pula!

“Lelaki itu harus kuat, Tidak boleh merengek apa lagi cengeng.” Itulah keyakinan yang diajarkan oleh orang tua kita dahulu. Keyakinan yang. sudah dianggap kebenaran mutlak yang melekat dalam pikiran para suami. Akibatnya, kita sering merasa lemah dan tidak pantas untuk menyampaikan keluhan kepada pasangan hidup kita sendiri. Dalam beberapa kasus ketika mengeluh pada pasangan, saya sendiri, mungkin juga beberapa teman pembaca sering menerima jawaban;

“Ngapain ngeluh, kan sakit kamu bikin sendiri!
“Salah sendiri, gak bisa ngurangin minum kopi!
“Sudah dibilangin jangan … Masih juga ngeyel!”

Bisa jadi karena model jawaban seperti ini. Atau karena tidak mau dipandang lemah, kita malas menyampaikan keluhan kepada orang yang paling dekat dalam kehidupan kita. Beberapa suami malah berdalih karena tidak mau menambah beban orang yang dicintainya.
Padahal, mengeluh itu sifat dasar dan kebutuhan manusia. Lhaa, kok gitu!

Allah sendiri sudah berfirman, “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.” (QS. 70:19)

Jelas bahwa manusia adalah makhluk pengeluh. Rasanya tidak ada seorangpun yang tidak pernah mengeluh selama hidupnya. Masalahnya kepada siapa kita pantas mengeluh? Beberapa pembaca pasti akan menjawab, “Mengeluhlah kepada Allah, Bang!”
Ideal tapi susah karena manusia adalah makhluk yang tidak sabar, tergesa-gesa dan ingin selalu jawaban instan.

Tidak mengherankan jika kita selalu butuh sesorang yang bisa mendengar dan menjawab keluhan seketika itu juga.
“Saya sanggup kok, Bang! Saya sabar!”
Saya berani bilang, kamu bohong. Allah sendiri sudah sangat jelas menyampaikan berita ghaib dalam kalam-NYA, ” … Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.“ (QS. Al Isra’: 11)”

Jika menunggu jawaban Allah dipandang terlalu lama, kepada pasangan hidup juga takut dipandang lemah dan membebani hidupnya, lantas kepada siapa lagi kita harus curhat?

Banyak yang memilih untuk curhat kepada teman. Entah teman kuliah, kantor ataupun tema Maya. Bukan temannya Maya Estianti, tapi teman-teman yang kita temui di Medsos.

Walau menyenangkan bisa curhat pada teman. Ada bahaya mengintai dari kegiatan curhat pada lawan jenis. Baik di dunia nyata maupun dunia maya. Curhat sering menyebabkan keterikatan emosi atau emotional attachment (Kata guru inggris saya) dalam jangka panjang.

Saya malah khawatir kegiatan ini bisa menumbuhkan rumput liar di taman hati. Mengusir dan menggeser mawar halal yang sudah kita tanam dengan pupuk ijab kabul. Lebih mengerikan lagi, jika akronim CURHAT itu berkembang jadi Curahan kehangatan daripada Curahan Hati.

Jadi selain Allah, siapa lagi yang harus kita jadikan pelabuhan saat pasang surut kehidupan menerjang. Membuat kapal kita oleng. ‘A Shoulder to Cry On’ kata guru les inggris saya di SMA dulu…

Tak perlu ragu, untuk berkeluh kesah pada pasangan hidup. Jika Rasulullah, manusia paling kuat dan paling mulia saja mengeluh pada Sang Istri tercinta. Masa kita malu. Apakah kita merasa lebih hebat dan lebih kuat dari beliau.

“Selimutilah aku! Selimutilah aku”
Maka keluarga Nabi saw. menyelimutibeliau sehingga rasa takut beliau hilang. Beliau ceritakan kepada Khadijah peristiwa yang telah beliau alami. Kata beliau, “Aku takut akan terjadi sesuatu pada diriku”. Khadijah menjawab. “Demi Allah, tidak akan terjadi apa-apa. Allah tidak akan membuatmu hina, karena engkau selalu menyambung sanak kerabat, menolong fakir miskin, menghormati tamu dan membantu orang-orang yang tertimpa musibah”.
[HR Bukhari]

Melihat sikap Rasulullah dan Khadijah, sudah saatnya kita jadi lebih terbuka kepada pasangan. Suami istri bukan cuma perhiasan dan pakain untuk saling menutupi kekurangan. Istri bukan cuma ladang tempat menyemai generasi penerus yang shaleh/shalehah, tapi bisa jadi pelabuhan saat kapal sang nakhoda terombang ambing badai kehidupan.
ooOOoo
Trm, 16.07.15
Picture  from buzzquote.com

 

Satu pemikiran pada “Curhat Suami Istri

Terima kasih sudah memberi komentar