Jangan biarkan “sampah” media mengotori pikiran anda

media kita

 Ada kelakar lucu dari beberapa teman, setiap melihat koran PK, yang tulisannya didominasi tulisan warna merah darah. “Seandainya itu koran dipelintir dan diperas seperti memeras cuciah basah, pasti yang keluar adalah darah dan sperm*”. Candaan yang huasssyeemm, tapi ada benarnya juga karena, isi surat khabar itu memang Cuma berkisar masalah sekitar pembunuhan dan perkosaan.

 Waktu saya ikut pelatihan salah satu MLM beberapa tahun lalu, ada salah satu pembicara yang menyarankan untuk puasa media dulu selama tiga bulan. Katanya sih, “Supaya pikiran kita bersih dari ketakukan. Semacam ‘self sabotage’ yang sering membisikkan ketakutan dan keraguan pada saat kita ingin melakukan suatu tindakan”. Karena alam bawah sadar kita berisi rekaman-rekaman buruk dari media yang kita baca.

Saran yang memang cukup masuk akal mengingat saya sendiri yang sering dihantui kekhawatiran saat membaca berita-berita semacam itu. Membaca berita seputar kondisi ekonomi yang memburuk dan PHK yang terjadi pada banyak perusahaan membuat saya takut akan menjadi korban pemutusan hubungan kerja berikutnya.

Ketakutan yang sama sering muncul saat saya membaca berita seputar kenaikan BBM dan TDL. membuat saya terbayang kening istri yang mengkerut gundah karena barang-barang yang akan dibelinya merangkak naik dan harus pulang dengan kerangjang belanja separuh dari biasanya. Atau bayangan muka si kecil yang pipinya masih merah terpapar matahari dalam seragam putih-merahnya yang basah. Harus kecewa karena semur daging kesukaannya sudah berganti jadi telur masak kecap. Nasi jadi susah ditelan karena sudah berganti dengan kualitas yang lebih rendah, sup tanpa daging dan susunya terasa lebih hambar karena sudah berganti merek. Demi sebuah“revolusi ekonomi”, menyiasati harga-harga yang naik.

Bukan cuma berita ekonomi, berita kriminal malah punya dampak yang jauh lebih besar. Banyak teman kerja wanita di kantor yang jadi pucat pasi, keringat dingin dan gemetar, luar biasa ketakutan saat harus naik kendaraan umum ketika hari mulai gelap. Terlebih jika rekan duduknya adalah lelaki kekar bertato, dagu kotak, brewok model bang napi. ***maaf bang***

Ketakutan yang sering muncul ketika halaman surat kabar dibanjiri berita tentang peristiwa perkosaan sadis yang terjadi di kendaraan umum beberapa tahun lalu dilengkapi gambar gambar vulgar dan sadis. Ketakutan yang kemudian ber-eskalasi dan membesar 10 kali lipat saat alam bawah sadar memunculkan gambar genangan darah, mulut menganga menahan sakit dan torehan daging merah jambu dari luka yang menganga sperti melihatnya dalam rangkain film slow motion.

Saat anak-anak masih kecil dulu saya sering bingung menjelaskan arti ‘kosa kata’ baru yang didapat anak anak yang diliriknya dari deretan koran-koran berwarna merah  yang dijembreng kayak cucian kotor di gerbang komplek tempat saya tinggal.

“Pah, diperkosa itu diapain sih..”

“Pah, anunya ditempelin itu apaan sih?”

“Pah, mutilasi itu apaan sih?”

Duhhhhh biyuuuung!!!… dari pada dicecar dengan pertanyaan pertanyaan seperti ini, mendingan ditanya; 1000x1234X362+3849940-788811 kayak gini deh..

Dulu, Saat kebebasan media terbungkam dan cuma memberitakan sisi baik pemerintah. Beberapa teman expat saya sering bercanda, “Kalau kamu mau tahu kondisi Indonesia yang sesungguhnya, cukup baca koran, tapi yang harus kamu pahami adalah situasi sebaliknya dari  yang diberitakan di media, itulah yang sebenarnya sedang terjadi”.  Sadly but true. What a bitter truth!!!.

Sekarang, setelah orde itu tumbang. Kebebasan yang dulu digembok tirani, kini tumpah ruah dan luber seperti banjir bandang yang merobohkan etika dan sifat dasar bangsa kita yang terkenal santun. Tukang kipas sate bisa ngipasin jutaan orang karena ketidaksukaannya pada pemimpin. Anak berseragam putih-biru-pun bisa mem-bully presidennya seperti mem-bully teman sekolah yang tidak disukainya.

“You are what what you eat”

Anda sehat. Anda Sakit. Anda gendut atau kerempeng adalah produk dari apa yang anda makan.

“You are what you read”

Gak pernah kebayang kalau berita-berita semacam dikoran PK dan LM itu dibaca anak-anak kita yang pikirannya masih seperti kapas putih yang bisa menyerap informasi apa saja. Kita yang dewasa saja masih sering terpengaruh dan tidak bisa menahan diri untuk membalas komentar-komentar negatif tentang tokoh yang sedang berkuasa di republik ini, ujung-ujungnya kita malah jadi ikut bodo, norak dan kampungan.

Beruntung koran koran seperti itu sekarang sudah banyak berkurang, tergeser oleh koran elektronik. Tapi, jangan senang dulu karena media elektronik sekarang-pun tak bisa lepas dari virus dan radikal bebas yang menyebar dengan leluasa di dunia maya yang maha luas tak berdinding.

Efeknya??.

Tidak kalah berbahayanya dengan radikal bebas dari polusi cerobong asap pabrik atau knalpot kendaraan yang tiap hari kita isap.

Tanpa filter yang kuat, berita-berita negatif seperti itu bisa jadi bencana maha dasyat, seperti air kotor yang merembes masuk ke dalam alam bawah sadar kita. Menggenang dan menenggelamkan sikap positif yang kita miliki.

Baik buruknya tindakan kita adalah produk dari satu keinginan kuat yang dipicu oleh perasaan dan pikiran yang dipicu oleh jutaan megabyte rekaman dalam alam bawah sadar kita. Tumpukan peristiwa dari lingkungan pendidikan dan bacaan-bacaan yang kita baca.

Akhirnya saya jadi ingat ustadz pengajian mingguan di komplek saya yang sangat selektif dan ketat mengawasi bacaan anak-anaknya

“Yang sangat penting itu, memberikan pondasi akidah dan tauhid yang benar. Karena dalam era keterbukaan sekarang ini, informasi apapun bisa dengan sangat mudah di dapat. Ketik beberapa kata di mesin pencari dan jreeeeeng.. apapun yang ingin anda ketahui akan muncul di layar gadget anda”.

Semoga kita bisa lebih selektif dalam memilih.

12 pemikiran pada “Jangan biarkan “sampah” media mengotori pikiran anda

  1. Emang parah banget si Bang kalo baca koran-koran yang disebutkan itu. Gak ada nilai tambah sama sekali. Ada juga masanya saya penasaran sama berita-berita semacam itu tapi kok yaaaaa.
    Puasa media berarti temasuk puasa blog juga ya Bang..

    Suka

  2. haha begitu amat yak gambarnya. belum pernah baca koran LM dan koran harian seperti MI dll juga yang dibaca judulnya kalau menarik baru dibaca isinya 😀

    Suka

Terima kasih sudah memberi komentar